"Aku Xandra" by Aksarahara

 

Halo namaku Xandra. Bukan sekadar nama, aku juga sandera atas ambisi yang tidak pernah berhenti. Definisi lahirku adalah berusaha untuk selalu hidup, namun harus melawan banyak hal yang memaksa redup.  Cita-citaku hanya ingin menjadi bebas. Bebas memilih apa yang aku mau dan suka, bebas pergi ke tempat yang aku ingin, bebas meluapkan semua emosi baik dan buruk. Namun bebas menjadi dimensi yang tidak pernah kujamah, Satu-satunya pilihan hidupku adalah tidak memiliki pilihan. Aku terbiasa untuk terpaksa. Terpaksa merangkul hati para dewasa atas kepergian seseorang. Terpaksa menjadi pertama ketika jiwaku sendiri bersifat kedua. Terpaksa menjadi suri tauladan sempurna bagi generasi yang lebih muda. Padahal jalan hidupku sendiri masih meraba-raba. Bahkan, aku meraba-raba jalan hidupku, sendirian.

Hai namaku Xandra. Keterpaksaan membuatku tumbuh menjadi seseorang yang kaku dan bisu. Bisu atas perasaan sekitarnya. Padahal di sekitarku banyak jiwa yang hangat dan sangat siap sedia untuk menerima semua emosi, namun sering tidak terorasi. Mungkin karena sedari kecil, perasaanku begitu ambiguitas dan paradoks. Yang membuatku takut untuk mengungkapkannya dan lebih memilih untuk menerimanya. Misalkan saja perasaan cinta. Cinta yang aku kenal adalah dengan ditampar, dibiarkan jatuh,  dan dipaksa untuk kuat. Aku jarang sekali diajarkan tentang bab merayakan. Sehingga disaat bab tersebut mulai kubaca, aku merasa asing dan belum terbiasa. Merayakan bukan untuk menjadi duniawisme. Namun untuk validasi perasaan. Seperti perasaan cinta tadi. Cinta bisa berarti tentang bentakan yang menjadikan kita tidak nyaman dan berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, namun tetap sesekali cinta juga harus berarti rangkulan yang membuat kita ada dalam zona aman. Jadi definisi cinta manakah yang benar? Tidak ada. Karena sungguh, cinta tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata. Kata-kata begitu sempit maknanya untuk mendefinisikan sebuah cinta. Dan cinta hanya bisa dirasakan oleh dua hati yang saling mencinta. Sama seperti perasaan senang, sedih, berharga, peduli, dan kecewa. Semua perasaan tidak bisa termuat oleh beribu kata-kata. Karena memang perasaan hanya membutuhkan dua hati yang saling bertautan.

Halo namaku Xandra. Aku manusia yang tidak terbiasa merayakan dan ingin belajar merayakan. Ajak aku untuk terus belajar dan memahami tentang bagaimana menaruh dan memperlakukan perasaan yang benar. Jika kamu pernah menjadi Xandra, kamu cukup mencari ruang atau seseorang yang mau mengajak kamu untuk belajar tentang menghargai sebuah perasaan dan tidak membiarkanmu sendirian. Namun jika kamu bertemu seorang Xandra, ajak dia untuk terus merayakan dunia dan dirinya.


Salam Hangat, 

Xandra

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulas Album Kedua Hindia Yang Berjudul “Lagipula Hidup Akan Berakhir”

Ulasan "Untuk Apa/Untuk Apa?" by Maulidina Rahma