Kumupulan Puisi 2023 "Perjalanan Menyambut Aksa"

Perasaan Tak Bersua


Apa kau tau?

Aku mengagumimu diam-diam

Hanya untuk melihatmu tersenyum

Senyum yang selalu mengundang bahagia di sana

Senyum yang indah itu

Ya, aku ingin melihatnya, seterusnya


Apa kau tau?

Aku memperhatikanmu diam-diam

Hanya untuk menangkap suaramu

Suara yang mengusir segala resah

Suara yang tenang itu

Ya, aku ingin mendengarkannya, selamanya


Apa kau tau?

(circa : Juli 2021)





Perjumpaan Hari Senin


Aku menyukai pakaian yang kamu kenakan kemarin Senin

Karena diam-diam aku merasa

Kalau kita pada akhirnya

Punya kemungkinan untuk bersama


Aku menyukaimu seperti

Matahari menyukai perputaran revolusi dan rotasi

Seperti bumi yang tak akan pernah bosan

Mengitari garis orbitnya sendiri


Aku menyukaimu seperti

Tanaman yang membutuhkan air di musim kemarau

Membasuhi jiwa-jiwa yang kekeringan kasih sayang

Menumbuhkan rasa dalam karsa meskipun hanya sebatas bayang

(circa : Juli 2022)





Permintaan Relung Sukma


Bisakah aku meminta dirimu untuk selamanya?

Hanya untuk sekadar menemaniku melewati derasnya hujan

Hanya untuk sekadar menutup telingaku dari gemelegarnya petik di balik awan

Hanya untuk sekadar mendekap tubuhku yang sedang kedinginan

Bisakah?


Bolehkah aku meminta dirimu untuk selamanya?

Hanya untuk sekadar menikmati indahnya sebuah renjana

Hias lampu kota yang membuatmu semakin bercahaya

Pemilik senyum manis yang menurutku paling bercahaya

Bolehkah?

(circa : September 2022)





Dara

Daraku

Kau adalah topik utama

Saat aku berdialog dengan semesta

Lekukan manis di pipimu

Bebaskan pilu di hatiku

Binar indah di kedua matamu

Berhasil menembus relung sukmaku


Oh daraku

Kau adalah gagasan utama dalam paragraf kita

Bahkan diksi terindah dalam bausastra

Lembut tingkah lakumu

Benar-benar mencuri pesonaku

Bak sepasang sepatu

Duniaku terasa lengkap jika bersamamu

(circa : November 2022)





Depan Kedai Inyo

 

Dua kursi kosong yang penuh dengan rasa

Diduduki oleh dua insan yang sadar ingin bersama

Diisi oleh cerita cinta berdua

Aksara-aksara indah keluar dari mulut mereka

Harmoni nada keluar dari gitarnya

Mengiringi sang tuan yang sedang bernyanyi bersama belahan jiwanya

“Selamanya begini ya, Non” katanya

(circa : Januari 2023)





Kembang Api

 

Aku ingin mencintaimu dengan tidak sederhana

Seperti ujung kota yang isinya hanya kita berdua

Membakar kembang api yang sudah kita beli

Aku menuliskan namamu dan kamu menuliskan namaku

Di langit-langit malam itu

Lampunya terang bulan

Suara percik apinya bersahutan

Yang berharga adalah kebersamaan

Yang paling hangat adalah cengkerama kita

Dan yang paling elok tetap dirimu yang satu

(circa : April 2023)





Egosentris


Kamu tidak melihat aku di sana

Yang selalu membuang diri untuk membuatmu tertawa

Menjaga agar bahagiamu tetap singgah

Namun kamu selalu bilang jika aku tidak ada


Kamu tidak pernah melihat aku di sana

Yang selalu memikirkan alasan mengapa senyummu tidak merekah

Mengambil duli agar kau bisa berjalan dengan mudah

Bahkan disaat aku memberikan cendramata

Kamu bilang aku tak cukup ada


Kamu benar-benar tidak pernah melihat aku di sana

Selalu tenggelam dalam pusaran retorika

Padahal tanganku disini siap menarikmu menuju harsa

Namun kamu memilih untuk aksa

Dan aku hanya bisa mendekap lara

sembari bertanya, “Sekarang kamu dimana?”

(circa : November 2023)





Monolog Pagi Ini

 

Hidup adalah hidup itu sendiri

Dimulai dengan pertemuan yang direncanakan maupun tidak

Dibungkus fantasi beserta ekspektasi yang begitu manis

Rasa terima kasih dan kebersyukuran melengkapi

Dengan begitu, pertemuan menjadi hal yang begitu menyenangkan

 

Namun hidup adalah hidup itu sendiri

Waktu dan ruang melebur menjadi kebersamaan

Banyak kenangan yang tercipta

Baik atau buruknya kita tetap berhasil melewatinya

Dengan begitu, perjalanan menjadi proses yang paling mengenangkan

 

Sayangnya, hidup adalah hidup itu sendiri

Kehilangan juga menjadi bagian dari kehidupan

Kita harus kehilangan uang dua ribu untuk mendapatkan tiga permen kaki

Kita harus kehilangan malam untuk menyambut pagi yang lebih cerah

Dengan begitu, makna hilang akan lebih terasa menenangkan

(circa : Desember 2023)









Komentar

  1. seperti kata pramoedya, "Cinta itu indah, juga kebinasaan yang membuntutinya. Orang harus berani menghadapinya."

    BalasHapus
  2. awesome!!!! 😻

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulas Album Kedua Hindia Yang Berjudul “Lagipula Hidup Akan Berakhir”

Ulasan "Untuk Apa/Untuk Apa?" by Maulidina Rahma

Perkenalan